Minimarket ini tempat biasa aku membeli kebutuhan harian. Hampir setiap hari aku mampir ke situ untuk sekadar membeli minuman dingin. Seperti biasa motor kuparkir di tempat parkir yang sudah disediakan. Seperti biasa pula ketika kuberanjak dari sana, begitu pantat sudah naik ke sadel, motorku ditarik bersamaan bunyi tiupan pendek peluit seorang lelaki dengan rompi berkantung banyak. Motor kustarter dan tangannya menadah minta Rp 1000. Dalam hati ku bertanya, “Siape Elu?”
Carut marut pengelolaan parkir di Jakarta menyuburkan bisnis parkir liar yang kotor. Premanisme dan mafia parkir sudah bukan rahasia. Pengkaplingan lahan parkir oleh kelompok ormas beringas atau kelompok preman meracuni mental generasi muda yang kurang beruntung. Mental tukang parkir liar ini seperti tak mengenal prinsip bekerja untuk hidup.
Bagaimana tidak, hanya dengan meniup peluit tanpa melakukan pekerjaan apa pun, karena memang tidak ada yang mesti dibantu, orang lain mesti membayar Rp 1000. Kalau sudah menahun, apa jadinya kalau bukan mental penadah.
Belum pernah dengar ada tukang parkir macam ini yang sudi mengganti kerusakan kalau mobil nyerempet gara-gara mereka teledor kasih aba-aba. Amboi Jakarta!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar